Baru-baru ini, sebuah fosil kura-kura purba yang berusia sekira 45 juta tahun, ditemukan di Antartika. Tulang-tulang yang ditemukan, hanya berupa dua buah fragmen cangkang dari kura-kura purba.
Situs penemuan itu berlokasi di gugusan La Meseta di Seymour Island, Antartika. Ekspedisi tersebut dilakukan oleh tim Antartic Institute of Argentina. Demikian seperti yang dikutip dari Live Science, Rabu (20/10/2010).
Sementara itu, para peneliti belum bisa menentukan jenis spesies kura-kura tersebut. Fragmen cangkang kura-kura yang ditemukan tersebut mungkin bukan dari spesies kura-kura yang sebelumnya sudah diketahui tinggal di wilayah tersebut pada era prasejarah, yang dikenal dengan nama Eocene Epoch.
Penemuan ini dapat memberikan petunjuk kepada para ilmuwan mengenai lingkungan dan suhu di Antartika pada masa itu.
“Fosil-fosil baru ini menunjukkan keberagaman kura-kura itu pada jaman Eocene lebih besar di wilayah Antartika dari dugaan semula,” ujar Marcelo S de la Fuente, peneliti dari Natural History Museum di San Rafael, Argentina.
Selama masa Eocene, kondisi Bumi berbeda dengan kondisi hari ini. Pada awal periode ini, wilayah benua Antartika dan benua Australia masih tergabung, dan benua Antartika masih jauh lebih hangat, bahkan masih ada hutan hujan di masa-masa awalnya.
Penemuan tulang kura-kura purba jenis baru ini mengindikasikan keanekaragaman kura-kura di wilayah tersebut. Benua Antartika masih jauh lebih hangat dari yang diperkirakan.
“Keanekaragaman hayati tidak umum di perairan dingin. Keanekaragaman hayati hanya ada pada perairan tropis,” kata de la Fuente.
“Mahkluk vertebrata (binatang bertulang belakang, termasuk kura-kura, sebenarnya cukup banyak di Antartika jaman purba,” tambah de la Fuente.
Selain menemukan tulang-tulang dari kura-kura purba, tim tersebut juga menemukan banyak fosil dari ikan Hiu, Pinguin, ikan Paus, dan ikan-ikan kecil lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar